Atisha in Swarnadwipa - Taken From Himalayanart.com |
Setibanya di Tanah Swarnadwipa, Atisha tidak langsung menemui Lama Sherling-Pa Dharmakirti, tetapi ia tinggal selama dua minggu penuh bersama enam murid Lama Serling-Pa di stupa besar.
Selama 2 minggu bersama enam murid Lama Sherling-Pa, Atisha berusaha mencari tahu banyak tentang Lama Serling-Pa, seperti dewa samadhinya, silsilahnya, pengetahuannya akan kitab suci, wewenangnya atas berbagai arahan dan pemberdayaan, tingkat pelatihan citanya, pembayangan dan pengetahuannya.
Lama Sherling-Pa Dharmakirti pun akhirnya mendengar kedatangan Atisha melalui muridnya dan mengetahui bahwa Atisha ingin belajar Prajnaparamita, Budidaya Bodhicita dan Cita Mahayana. Dan Lama Sherling-Pa pun menyambutnya dengan gembira.
Lama Sherling-Pa Dharmakirti mengumpulkan masyarakat biksunya sendiri untuk mempersiapkan sambutan kedatangan.
Setelah upacara penyambutan, Atisha mempersembahkan sebuah bejana, bejana senyawa dengan daya muat besar, tembus pandang, dengan dudukan yang kokoh dan leher yang jenjang dan lurus, berisi bermacam perhiasan seperti emas, perak, permata, koral, dan lapis lazuli.
Semua murid Atisha pun mengikutinya dengan mempersembahkan emas seukuran zho kepada Lama Sherling-Pa. Begitu juga dengan Lama Sherling-Pa, juga menghadiahi Atisha sebuah patung Buddha dan meramalkan bahwa suatu hari Atisha akan menjinakkan cita orang-orang di Tanah Salju sebelah utara.
Lalu Atisha diajak untuk tinggal di Istana Lama Sherling-Pa yang diberi nama Istana Payung Perak dan menetap selama dua belas tahun. Saat berusia 45 tahun, Atiśa Dīpaṃkara Śrījñāna pun kembali ke India dan berdiam di Vihara Perguruan Tinggi Vikramashila yang sunyi.
To Be Continued
0 komentar:
Post a Comment